“Bandung diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum”, kata M.A.W Brouwer budayawan asal Belanda. Pandangan Brouwer tak salah, mengingat Bandung dan alam seisinya tak jengah-jengah menghadirkan ragam pemandangan yang kaya dan indah.
Kalimat aslinya adalah “bumi pasundan lahir saat Tuhan sedang tersenyum”, oleh beberapa tokoh kalimat itu diinterpretasi sedemikian rupa sesuai kepentingan dan kebutuhan. Sehingga wajar jika muncul kalimat seperti di atas. Meski demikian, substansi pandangan Brouwer tak serta-merta kabur, mengingat bumi Pasundan begitu luas. Singkatnya, selama daerah itu masuk dalam kawasan pasundan (Jawa Barat) tak ada salahnya jika kalimat itu dirujuk dan digunakan untuk menarik wisatawan, termasuk Bandung.
Cerita tentang keindahan Bandung bak menghitung pasir di hamparan pantai, tak ada habisnya. Begitulah kira-kira pendapat saya tentang kota yang dijuluki Paris Van Java ini. Bandung tak jengah dan tak merasa lelah untuk tetap konsisten menghadirkan panorama alam yang kaya nan indah sekalipun itu di tempat yang tersembunyi. Tak heran jika wisatawan Nusantara dan Mancanegara masih berbondong-bondong mengunjungi Bandung, salah satunya adalah ke The Lodge Maribaya.
The Lodge Maribaya merupakan salah satu destinasi yang berada di Bandung dan sempat menjadi buah bibir di dunia maya. Daya tarik utama The Lodge Maribaya adalah hutan pinus yang asri dan sejuk. Meski terlihat sederhana, namun ketika kita berada di lokasi banyak wahana dan spot yang instagramable untuk menikmati eloknya pohon pinus tadi.
The Lodge Maribaya terletak di Jalan Maribaya No. 149/252 RT. 03 / RW. 15 Babakan, Gentong, Cibodas, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Wahana atau spot untuk menikmati pemandangan pohon pinus tadi antara lain Balon Udara, Zip Bike, Gantole, Ayunan Sky Wing, Bamboo Sky, Sky Tree, Camping, Kuliner dan lain-lain. Tak heran jika beberapa waktu lalu tempat ini viral di jagat sosial media.
Berawal dari Tongkrongan
Pada awalnya saya mengetahui destinasi ini dari obrolan anak-anak tongkrongan yang pernah ke sana. Tujuan mereka ke sana selain merefresh otak karena hiruk-pikuk pekerjaan, juga sebagai ajang kesempatan untuk mengoleksi foto-foto dengan view alam. Maklum, teman-teman saya itu memiliki hobi fhotografi.
Mereka girang tak karuan saat menceritakan bahwa hasil jepretannya sangat memusakan dan langsung menunjukkan jepretan itu ke saya. Sontak saja saya langsung merespon dengan memberikan dua jempol, tanda apresiasi dan kagum. Ternyata Bandung masih memiliki spot alam yang menarik untuk disinggahi.
Berbekal dari pengetahuan itu, akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi The Lodge Maribaya bersama adik saat akhir pekan nanti. Tak ada salahnya kan berlibur dengan adik laki-laki saya? toh jarang-jarang juga saya liburan bareng dia.
Selain itu, alasan utama ngajak dia adalah agar dia lebih semangat dalam menuntaskan tugas akhir kuliahnya. Yups, tak terasa doi sudah masuk semester akhir dan sedang menikmati masa-masa merasakan revisi, revisi dan revisi.
Singkat cerita, saya berpesan kepada adik saya agar bangun pagi-pagi supaya terhindar dari macet. Pukul 06.00 WIB kami pun berangkat dari Jakarta via tol Cipularang. Benar saja, sepanjang jalan Cipularang kendaraan kami melaju santai tanpa gangguan hingga akhirnya kami hanya butuh waktu kurang lebih dua jam untuk sampai di kota Bandung.
Perjalanan kami lanjutkan ke lokasi via jalan utama Setiabudi lalu ke Lembang kemudian ke jalan Maribaya dan akhirnya kami sampai di lokasi pukul 08.45 WIB. Kami pilih via jalan Setiabudi karena waktu itu kebetulan jalanan tidak sedang macet.
Beda ceritanya kalau jalanan macet. Untuk mencapai lokasi, kita bisa tempuh via beberapa jalan alternatif seperti dari Bandung ke jalan Setiabudi-Ledeng-Jl. Sersan Bajuri-Parongpong-Maribaya-lokasi. Kedua, dari Bandung-Dago Atas-Dago Giri-Lembang-Maribaya-lokasi. Ketiga, Bandung-Dago Atas-Komplek Citra Green-Punclut-Lembang-Maribaya-lokasi.
Intip Keindahan dari Ragam Anjungan
Setelah mencari celah-celah ruang untuk peristirahatan kendaraan, akhirnya kami membeli dua tiket. Waktu itu satu orang dikenakan tarif 25.000 rupiah tidak termasuk biaya parkir. Ayunan langkah kaki kami terhenti oleh udara segar alam Bandung, sesekali kami menarik nafas sedalam mungkin. Maklum, di pusat ibu kota udara segar merupakan salah satu barang langka.
Beberapa menit berlalu. Bukannya senang, kami malah dirundu kebingungan karena saking banyaknya anjungan atau menara pandang sebagai spot untuk menikmati lanscape hutan pinus dan lereng gunung yang elok.
Ada sekitar 6 anjungan yang disediakan oleh pihak pengelola. Anjungan-anjungan itu memiliki rupa dan bentuk yang tak biasa. Anjungan itu dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah menara pandang yang instagramable. Meski ada beberapa spot yang bukan termasuk anjungan, namun saya tetap mengkategorikan spot itu ke dalam anjungan karena memiliki tujuan utama yakni menikmati pesona hutan pinus Maribaya.
Yups, anjungan kekinian itu antara lain Balon udara, Gantole, Ayunan Sky Wing, Bamboo Sky, Sky Tree dan Zip Bike. Anjungan-anjungan ini didesain untuk angel foto yang instagramable.
Tarif per anjungan rata-rata sekitar 15-20 ribu rupiah. Jika momen itu ingin diabadikan dengan potret yang ideal, kita bisa menyewa jasa foto. Cukup membayar 10 ribu/foto kita sudah dapat foto hanya saja dalam bentuk soft file. Bagi seorang karyawan biasa tarif itu cukup menguras isi saku celana, belum lagi makan, penginapan dan lain-lain.
Saya kira, pandangan itu sebagai otokritik terhadap sistem pengelolaan wisata bangsa kita yang masih belum ramah di kantong kalangan bawah-menengah.
Setelah menimbang, memperhatikan dan merenungkan, akhirnya kami memutuskan untuk mencoba semua anjungan itu. Bukan sombong apalagi takabur. Saya sengaja mencoba semua anjungan itu kebetulan isi saku celana sedang ideal untuk liburan karena minggu lalu saya dapat bonus dari perusahaan. Juga sebagai upaya membahagiakan adik saya yang sedang terbelenggu bayangan skripsi.
Balon udara
Anjungan pertama yang kami sambangi ialah Hot Air Balon/Balon Udara. Konon, wahana balon udara ini spot terfavorit di Maribaya. Balon udara ini tidak terbang kemana-mana sebagaimana balon udara pada umumnya. Balon udara ini hanya sebatas variasi agar seolah-olah kita sedang menikmati keindahan hutan pinus dari udara. Meski demikian, kami tetap bisa merasakan dan menikmati pemandangan hutan pinus serta lereng bukit yang elok dengan udara sejuk dan segar. Tak lupa, kami pun mengabadikan momen itu.
Gantole
Pernahkah anda berkeinginan untuk menjadi seorang paralayang? Atau pernahkah terbesit ingin terbang dengan gantole namun masih takut ketinggian? Gantole Maribaya mungkin bisa jadi solusi. Di sini kami membuktikan semua pertanyaan itu. Kami di foto seolah-olah sedang terbang di ketinggian dengan menaiki gantole.
Gambaran umum tentang gantole Maribaya adalah gantole diikat di atas bentangan tali. Kita duduk di antara tiang penyangga gantole berbentuk segitiga dengan tali pengaman, perlahan gantole di didorong oleh petugas ke arah lereng agar seakan-akan gantole benar-benar terbang. Selanjutnya duduk manis, jangan lupa kasih senyuman tipis agar wajah kita berbanding lurus dengan angel foto hutan pinus yang indah.
Sky Wing
Jika anda tipikal orang yang selalu merindukan permainan masa lalu seperti main ayunan namun masih ingin ada nilai-nilai kekinian, bergegaslah ke Maribaya untuk mencoba ayunan Sky Wing. Ayunan Sky Wing tidak didesain untuk berayun-ayun, tapi dibuat hanya untuk spot foto dengan latar hutan pinus yang seakan-akan kita tengah berayun-ayun. Tak lupa kami pun mengabadikan momen ini sebagai stok untuk publikasi di media sosial.
Bamboo Sky
Bamboo Sky adalah anjungan yang terbuat dari bambu untuk melihat pemandangan hutan pinus dengan latar perbukitan yang hijau dan udara sejuk. Tak kalah keren, di sini juga kami sempat berfoto ria melepas penat dari dinamika kehidupan ibu kota.
Sky Tree
Konsep dan substansi Sky Tree persis dengan konsep Bamboo Sky. Keduanya sama-sama memberikan spot pemandangan hijau-rindangnya hutan pinus. Perbedaannya terletak pada bahan anjungan dan latar anjungan. Sky Tree menghadirkan platform dengan aksara “Sky Tree”, dihiasi balon-balon ciamik berbentuk hati. Cocok bagi anda yang ingin beromantis ria bersama pasangan masing-masing.
Zip Bike
Sebenarnya semua anjungan itu hanya menawarkan spot pemandangan hutan pinus dan lereng bukit Maribaya. Namun, karena tiap anjungan memiliki bentuk berbeda maka sensasi dan rasanya juga berbeda. Termasuk saat menikmati wahana Zip Bike. Zip Bike berbeda dengan anjungan lain. Di anjungan lain kami hanya tinggal duduk manis atau sesekali berdiri demi menghasilkan potret yang maksimal.
Di sini kami menikmati lanscape Maribaya sembari bersepeda dengan perasaan yang tak karuan. Bagaimana tidak? Di sisi lain kami ingin merasakan pemandangan hutan pinus di atas sepeda, di sisi lain kami was-was karena ketinggian Zip Bike yang cukup tinggi. Perlahan kami pun menepis rasa was-was itu, mengingat peralatan Zip Bike sudah pasti optimal.
Ya, Zip Bike menawarkan sensasi bersepeda di antara lereng hutan pinus dengan posisi kedua roda di atas seutas tali serta di bawah pedal ditopang sebuah katrol. Singkatnya, wahana Zip Bike ini dibekali pengamanan yang ekstra dan optimal, mirip-mirip pengamanan saat mencoba Fliying Fox.
Dapur Hawu
Setelah menjajaki semua anjungan yang lagi hits di dunia maya itu, kami memutuskan untuk mencari tempat makan terdekat. Maklum, selama di anjungan tenaga kami terkuras, menyisakan rasa lapar dan dahaga. Ada dua tempat makan yang cukup luas yang disediakan oleh pihak pengelola wisata, yaitu Dapur Hawu dan The Pines Cafe.
Dapur Hawu menyediakan menu makanan berat yang cukup beragam dan tentunya makanan khas tanah Pasundan. Sedangkan The Pines Cafe menyediakan beragam makanan ringan, kopi, teh, dan jus. Cocok buat nongkrong-nongkrong cantik.
Kami lebih tertarik untuk makan di Dapur Hawu. Selain karena kami butuh asupan makanan berat, Dapur Hawu juga menyediakan makanan khas tanah priangan cocok buat saya sebagai media nostalgia. Ditambah Dapur Hawu yang memiliki ciri khas perapian yang sangat menarik.
Kata “Hawu” berasal dari bahasa Sunda yang memiliki arti tungku. Harga makanan di Dapur Hawu berkisar antara 75-175 ribu. Harga yang cukup lumayan. Meski begitu, kami sudah bisa menikmati hidangan khas Sunda ini. Pesona The Lodge Maribaya Bandung membuat kami benar-benar tersanjung.