Sebagai garda terdepan atau penjaga gawang yang pantas disematkan kepada para tim medis yang menangani kasus-kasus Covid-19. Sebutan tersebut menjadi materi yang dibahas pada program ELJOHN TV Yakni EL JOHN Star dengan nara sumber para para Putri Binaan Yayasan EL JOHN Indonesia. Mereka adalah Miss Chinese Indonesia Enterpreneurship 2020 Brigita Septevanya, Miss Chinese Indonesia Best Hospitable Personality 2020 Nadya Priscilia, Miss Chinese Indonesia 2020 Aldora Helsa dan Miss Chinese Indonesia Sumatera Utara 2020 Yenni. Progam ini dipandu oleh CEO EL JOHN TV M.J Sugiarto.
Satu persatu nara sumber melontarkan penilaiannya mengenai sebutan apa yang pantas bagi para tim medis. Untuk Brigita Septevanya setuju jika tim medis disebut sebagai penjaga gawang. Menurut Brigita yang menjadi garda terdepan justru masyarakat, pasalnya timbulnya virus itu terpapar atau tidak, dapat dilihat dari kedisiplinan masyarakat. Jika masyarakat benar-benar mematuhi anjuran Pemerintah, maka tidak banyak kasus positif Covid-19 yang terjadi. ‘
“Saya setuju dengan stament kalau tim medis itu penjaga gawang, karena dari kita masyarakat kesadaran akan lingkungan sosial dan kesehatan akan diri sendiri itu, masih minim. Jadi kalau tim medis itu penjaga gawa iya benar, karena garda terdepan itu, diri kita sendiri bagaimana bisa disiplin terhadap diri sendiri, menjaga kesehatan, peduli terhadap lingkungan sekitar,” kata Brigita.
Hal berbeda justru disampaikan Nadya Priscilia. Menurut Nadya, tim medis dapat dikatakan sebagai garda terdepan atau pejaga gawang harus dilihat fase pandeminya. Artinya, di saat awal-awal pandemi ini muncul maka tim medis dapat dikatakan sebagai garda terdepan, namun hingga beberapa minggu kedepan dengan ditambah anjuran dan kebijakan dari Pemerintah serta jumlah kasus yang fluktuatif, maka yang menjadi garda terdepan adalah masyarakat.
“Kalau menurut aku tergantung fase di pandeminya sendiri, ketika awal-awal tahun ini, diumumin menurut ku medis itu adalah garda terdepan karena waktu itu kita belum belum ada informasi yang cukup karena kita sebagai orang awam tidak tau tentang penyebaran virus ini seperti apa, gejalanya apa, terus apa tindakan yang paling baik kita lakukan. Menurut ku sih, dari Pemerintah sendiri dari awal tahun ini belum terlalu bergerak untuk sosialisasi tentang hal ini, tetapi karena kita sudah di stage yang lebih tengah sepertinya jadi tim medis itu adalah penjaga gawang,” ujar Nadya.
Sementara menurut Aldora Helsa, tim medis merupakan garda terdepan dan juga penjaga gawang. Karena kedua predikat itu, tak jauh berbeda tugasnya yakni sama-sama menangani kasus-kasus Covid-19. Namun, Aldora mengajak masyarakat untuk tidak mempersulit para medis dalam bertugas.
Aldora berharap masyarakat dapat berperan dalam memutus mata rantai penyebaran virus yang mudah menular ini. Ikutin dan taati anjuran Pemerintah menjadi solusi terbaik untuk tidak menambah beban yang dipikul para tim medis.
“Disebut penjaga gawang tergantung dari cara kita melihatnya yah. Kenapa disebut garda depan, karena garda depan bukan hanya para tim medis. Garda depan itu, banyak banget seperti Pemerintahan, seperti masyarakat-masyarakat menengah ke bawah yang di mana mereka harus bekerja setiap hari di luar rumah. Dan seperti juga mereka yang bertugas di tempat-tempat umum, seperti di Bandara, di Rumah Sakit juga, atau pun di tempat-tempat umum lainnya. Nah aku menyebut mereka itu lah sebagai barisan garda depan, karena mereka yang berkontak langsung dengan society yang ramai dengan masyarakat yang ramai gitu,” sebut Aldora.
Apa yang disampaikan Aldora diamini Yenni. Miss Chinese Indonesia Sumatera Utara 2020 ini, mengatakan kedua sebutan pantas dialamatkan kepada tim medis. Menurutnya, garda terdepan dan penjaga gawang tak berbeda jauh tugasnya. Karena itu, perlu ada uluran tangan kepada tim medis yang sudah berjuang menangani kasus yang terbilang berat ini.
“Aku itu sebenarnya sangat prihatin dengan mereka, karena mereka harus menggunakan alat pelindung diri yang sangat tebal, berlapis-lapis dan mereka cuma bisa buang air itu cuma bisa dilakukan beberapa jam sekali, dan itu aku agak prihatin sendiri sama mereka. Karena kalau kita buang air segitu lama, itu juga bisa membahayakan kesehatan dan sebagai masyarakat kita juga harus meringankan beban mereka dengan cara kita harus di rumah saja,” ungkap Yenni. (Sigit)