Banyuwangi – Jawa Timur, kadung terkenal dengan penarinya. Apalagi baru – baru ini viral di berbagai pelosok dengan berita Desa Penari-nya. Disisi lain, Banyuwangi sebetulnya menyimpan banyak cerita. Cerita yang merupakan potensi. Potensi yang menarik pengunjung untuk datang. Salah satunya adalah di sudut selatan Banyuwangi, yakni kawasan Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Daerah ini terkenal akan pelabuhan perikanan serta daya tarik wisatanya yang menyimpan sejuta potensi.
Sebelumnya, begitu banyak berita yang mengiringi kawasan ini. Yaitu dari pro kontra seputar potensi pertambangan emasnya. Namun sebetulnya, dibalik bongkahan emas yang dihasilkan daerah ini, tersembunyi eksotisme keelokan lekukan pegunungan dan perbukitan yang ditambah kecantikan debur ombak yang menjalar ke lokasi yang berkontur teluk ini.
Di sini anda dapat membayangkan eksotisme cerita gaib masyarakat pesisir dan lingkungannya, keseksian lekuk-lekuk alam pantai dan pengunungan yang mengelilinginya, keagungan potensi perikanan yang dihasilkannya, hingga lika-liku kehidupan bermasyarakat serta hubungan mereka dengan pemerintah. Segala kelokan kehidupan itu dapat anda temukan di daerah ini.
Dan bagaikan warna-warni berbeda yang merangkum keeksotisan, warna kehijauan pegunungan perbukitan, hingga kebiruan ombak dan kemerahan warna senja, menjadi trademark bagi koleksi wisata Dusun Pancer. Pantai Pulau Merah, salah satunya memiliki keunggulan warna kemerahan yang ditunjukkan dari gradasi warna pantai dan ombaknya, pantai ini sudah dikenal hingga kancah internasional.
Destinasi Surfing Internasional
Pantai Pulau Merah memiliki lekuk garis pantai memanjang di sepanjang teluk yang terbentang di Desa Sumberagung. Lekuk teluk membulat menjorok ke darat menyatukan Pantai Pulau Merah dengan pantai lainnya, semisal Pantai Mustika hingga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pancer di ujung barat garis pantai.
Di Pantai Pulau Merah saat itu menjelang matahari terbenam semakin ramai suasananya. Makin banyak pengunjung pantai yang datang mulai dari yang muda mudi hingga keluarga. Terdengar cekikikan geli anak-anak kecil berlarian sepanjang pantai bermain-main pasir dan air laut. Sore hari biasanya menjadi waktu yang pas bagi muda-mudi untuk berkumpul di pantai ini. Disisi lain, tampak para pengunjung pantai berswafoto ria sambil menikmati pemandangan pantai pada sore hari.
Saat-saat yang terbilang pas untuk menikmati pemandangan sore hari atau matahari terbenam, sebut Man, salah satu pemuda asli Dusun Pancer, adalah saat musim barat. Langit terlihat cerah dan bersih dari awan menjelang matahari terbenam. Sehingga tampak jelas proses terbenamnya matahari. Cukup berbeda bila saat sudah memasuki Agustus-September. Walau langit terlihat cerah, kadangkala banyak awan menggumpal di sekitar langit sehingga proses terbenamnya matahari tidak secantik ketika disaksikan pada awal tahun.
Hal lainnya yang sangat menarik dari Pantai Pulau Merah ini adalah kontur melengkungnya daerah pesisir pantai yang menyatu hingga Pantai Mustika. Jika terus menyusuri pantai ini, kita akan sampai ke Pantai Mustika di ujung barat.
Hanya saja, cukup berbeda dengan Pantai Mustika, kontur di Pantai Pulau Merah memungkinkan ombak yang datang sesuai untuk olahraga surfing. Selain karena spot sunset (matahari terbenam) di sebelah barat pantai, sore hari kerap dijadikan muda-mudi untuk berlatih surfing di pantai ini. “Tidak hanya untuk kalangan surfer profesional, ombak di pantai ini bahkan sering dijadikan surfer pemula untuk memulai dan berlatih kemampuan berselancarnya,” tutur Man.
Man kemudian melanjutkan, cukup banyak pemuda seperti dirinya yang suka berselancar dari usia muda. Dia sendiri mulai berlatih berselancar semenjak bangku menengah pertama (SMP). “Latihannya dengan teman-teman yang lain, yang sudah pintar. Lama-lama juga bisa sendiri,” ujarnya.
Di kalangan wisatawan mancanegara, pantai ini khususnya menjadi salah satu destinasi utama untuk wisata surfing atau berselancar. “Dan di pantai ini menjadi salah satu destinasi utama peselancar lokal hingga internasional untuk berselancar di atas ombaknya,”.
Yang belajar surfing pun cukup banyak. Semakin sore semakin banyak yang belajar surfing. Tampak diantara surfer-surfer pemula ini, terlihat tidak hanya wajah lokal, namun juga wajah-wajah internasional cukup mendominasi. Mereka terlihat senang dalam belajar surfing mengikuti arahan ‘guru’ surfing mereka. Tidak luput terkadang terdengar pula tawa gembira diantara debur ombak pantai ketika mereka mencoba melatih diri berdiri di atas board.
Man mengakui, seandainya ada yang ingin belajar surfing, bila ia sudah terbiasa berenang, akan lebih mudah untuk berlatih berselancar. “Pertama-tama kan kita berlatih keseimbangan. Bagaimana caranya bisa berdiri dulu di atas surfboard (papan selancar)-nya. Saya dalam sekali berlatih sudah bisa berdiri di atas board. Dan dalam seminggu sudah cukup lumayan skill –nya,” tambah Man.
Man kemudian menjelaskan sekilas mengenai aspek-aspek surfing. Sambil bersantai di atas pasir pantai, Man bercerita mengenai surfing di Pantai Pulau Merah. Rata-rata banyak surfer pemula di Pantai Pulau Merah berlatih skill-nya sebelum beranjak ke pantai dengan ombak yang lebih tinggi, seperti Pantai Plengkung. Di bulan-bulan seperti Agustus-September, ombak terbilang tenang untuk ukuran surfer.
“Makanya untuk surfer yang sudah ahli, cukup menyiksa juga karena mengharapnya ombak tinggi. Malahan yang datang banyak ombak kecil,” ucapnya. Untuk surfer profesional, biasanya akan lebih suka surfing di musim-musim barat atau sekitar awal tahun. Karena di bulan-bulan tersebut ombak dirasa cukup tinggi dan dikatakan pas bagi surfer ahli untuk bermain ombak.
Pada bulan-bulan seperti Agustus-September menjadi surga bagi surfer pemula untuk melatih skill. “Umumnya, banyak teman-teman kita yang belum pernah surfing dan ingin belajar, maka kita ajari di waktu-waktu seperti ini. bahkan tidak sedikit yang mengajarkan pacar-pacar kita,” ucapnya sambil bercanda.
Dan di waktu-waktu seperti ini dimanfaatkan oleh surfer pemuda (yang biasanya sudah ahli tapi ingin mencari tambahan) untuk menularkan keahlian mereka dan melatih para surfer pemula. Ada yang menawarkan jasa pelatihan surfing bagi surfer pemula. Umumnya pembelajaran ini dihargai Rp 100 ribu per sekali pertemuan, terdiri dari Rp 50 ribu untuk sewa board, dan sisanya sebagai tips bagi pelatih surfing. Sekali pertemuan bisa setidaknya menghabiskan waktu paling sedikit satu jam.
Man juga melanjutkan tentang board yang digunakan untuk surfing. Khususnya bagi pemula, Man menunjukkan perbedaan board yang digunakan saat surfing. Man menyebut mengapa dengan mudah ia bisa membedakan antara surfer ahli dengan pemula. Lazimnya surfer pemula menggunakan board yang berukuran lebih besar (lebar) dan lebih panjang dibanding surfer yang sudah ahli. Karena surfboard yang lebih besar itu lebih seimbang dan lebih cocok untuk pemula. Dimana board tipe ini lebih bisa membantu surfer pemula.
Berbeda dengan surfboard yang dipakai surfer ahli. Board bagi yang sudah ahli ukurannya lebih kecil. Dan, sebut Man, tingkat kesulitan surfing dengan surfboard ini lebih tinggi dan menuntut skill lebih dari para surfer. Hal ini dicap lebih menantang bagi para surfer karena menuntut tingkat keseimbangan yang lebih tinggi. Ia mencontohkan teman-teman surfer-nya yang sudah ahli lebih menyukai board dengan ukuran lebih kecil.
Pantai Mustika
Pantai Mustika pun menjadi destinasi baru favorit bagi para pelancong yang mencari kesenangan pantai. Dibanding pantai lain seperti Pantai Pulau Merah, Pantai Mustika terbilang aman untuk wisata berenang. Jika Pantai Pulau Merah dilarang untuk peruntukan berenang, selain untuk surfing karena ombaknya terbilang berbahaya bagi masyarakat yang tidak bisa. Sementara di Pantai Mustika, ombaknya lebih bersahabat sehingga cocok bagi wisatawan untuk mencoba berenang di sekitar pantai.
Pantai Mustika, dengan wajah yang cukup sederhana namun bisa memuaskan hati bagi wisatawan yang mencari ketenangan. Di lokasi pantai ini, terlebih di hari-hari biasa, cukup sepi pengunjung sehingga privasi para wisatawan untuk menikmati ketenangan pantai sembari mencari pemandangan pantai dan laut biru cukup terjaga.
Pantai Mustika ini pun menjadi salah satu destinasi favorit warga lokal Kecamatan Sumberagung hingga Kabupaten Banyuwangi untuk mencari destinasi wisata pantai di bagian selatan Pulau Jawa. Bagi warga sekitar, pantai ini menjadi pelepas penat sekaligus menjadi tempat berkumpul keluarga pada saat akhir pekan tiba.
Semisal keluarga Man yang tinggal di Dusun Pancer, pada saat hari Minggu tiba, ia dan keluarganya bisa saja pergi ke pantai untuk berkumpul dan menikmati makan siang dengan bakar ikan. Ikan yang mereka dapat dari iseng-iseng memancing akan mereka bakar sendiri sembari menikmati hari di pinggir pantai. Apalagi lokasi rumahnya tak jauh dari pantai ini sehingga sehari-hari pun bila ia ingin menikmati keindahan pantai, tinggal berjalan kaki.