Sebutan Gigi Hiu mungkin membuat beberapa orang akan bergidik ngeri ketika nama itu disebut, namun tidak sedikit pula orang-orang yang bahkan menjadi penasaran hingga tidak ada cara lain untuk mewujudkan rasa keingintahuan itu kecuali dengan mendatangi langsung tempat persembunyian pantai yang akhir-akhir ini namanya semakin santer terdengar di kalangan para traveler yang gemar mengeksplore wisata-wisata baru dari setiap sudut-sudut nusantara.
Hal ini didukung pula dengan semakin berkembangnya teknologi, maka setiap orang akan dengan sangat mudah mendapatkan informasi apapun terutama pariwisata yang ada di Indonesia. Pengguna media social yang semakin meningkat membuat setiap orang merasa punya kewajiban tersendiri untuk turut mempromosikan wisata di daerah tempat tinggal mereka.
Dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau yang sudah validasi dan verifikasi mencapai 17.491 pulau pada Desember 2019 lalu, tentu saja membuat beberapa pulau di Indonesia akrab dengan kata Surga Tersembunyi. Hal ini dikarenakan hampir setiap hari bermunculan tempat-tempat wisata baru dari daerah-daerah yang sebelumnya hampir tak terjamah manusia.
Salah satu wisata yang mendapat julukan Surga Tersembunyi itu adalah Pantai Gigi Hiu yang memiliki daya tarik tersendiri dari kebanyakan pantai-pantai lain yang ada di Indonesia.

Pantai ini sebenarnya bernama Pantai Pegadungan, namun ada juga yang menyebutnya dengan nama Pantai Batu Layar karena beberapa batu karang di sana ada yang mengembang bagaikan Perahu Layar. Namun dari berbagai nama yang disebut, ia malah lebih dikenal dengan nama Pantai Gigi Hiu. Hal ini dikarenakan penampakan karang-karang di sana yang berjejer menyerupai gigi hewan penguasa samudera itu.
Objek wisata dengan daya tarik berupa hamparan bebatuan karang yang menjulang tinggi ini, terletak di Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Indonesia. Lokasi ini memang belum begitu terkenal dibandingkan dengan objek wisata lain yang ada di Provinsi Lampung. Sebut saja salah satunya Pulau Pahawang dan Laguna Gayau di Teluk Kiluan.
Pantai yang terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk ini, juga masih dalam upaya pengembangan. Meski namanya memang tengah menjadi sorotan serta topik perbincangan di antara para traveler, namun fasilitas serta akses jalur menuju ke pantai ini belum layak bagi mereka yang tidak siap jika tiba-tiba di tengah jalan terpaksa harus turun dari kendaraan dan berjalan kaki untuk mengurangi beban kendaraan yang membawa tumpangi. Namun bagi mereka yang punya jiwa petualang, pantai ini mungkin akan menjadi salah satu rekomendasi yang sangat pas untuk dikunjungi.
Beberapa waktu lalu, saya dan teman-teman berkesempatan berpetualang ke lokasi Pantai Gigi Hiu demi memuaskan rasa penasaran akan keindahan batu karang yang tersaji dalam balutan hempasan ombak yang datang dan pergi silih berganti.
Persis seperti info yang kami dapat, bahwa akses jalan menuju pantai ini memang masih berupa jalan tanah dengan kerikil-kerikil besar yang berserakan di sepanjang badan jalan. Tapi untunglah kedatangan kami disambut dengan cuaca cerah, sehingga sedikit lebih mudah untuk mendaki tanjakan yang berulang-ulang. Jika cuaca sedang hujan dengan jalanan seperti itu, pasti tidak akan ada mobil yang bisa mencapai Pantai Gigi Hiu dengan tanjakan tajam dan lubang tanah di mana-mana.
Salah seorang dari rombongan kami yang sebelumnya sudah pernah berkunjung ke sana mengatakan bahwa sebenarnya untuk mencapai pantai tersebut, para wisatawanbiasanya menggunakan jasa ojek penduduk setempat, dengan membayar 150 ribu rupiah. Namun jika ingin menikmati Sunset dan pulang ke penginapan pada malam hari, maka Anda harus merogoh kocek lebih dalam lagi untuk membayar jasa ojek tersebut.
Berkat informasi yang kami dapat ini, akhirnya kami menemukan cara lain untuk mencapai pantai tersebut dengan biaya yang lebih murah. Berkat kegigihan serta strategi negosiasi yang sangat ahli dari salah satu teman kami, akhirnya berhasil membuat kesepakatan dengan supir angkot yang menjemput kami di pelabuhan dan bersedia mengantarkan langsung ke area Pantai Gigi Hiu dengan lama perjalanan sekitar 6 jam dari Pelabuhan Bakauheni.
Meski di perjalanan untuk mencapai pantai ini beberapa kali kami harus turun dan ikut membantu mendorong mobil pick up yang membawa kami, namun semua lelah seakan menguap karena sepanjang perjalanan dibarengi dengan candaan dan cerita-cerita lucu yang membuat kami tidak mempu menahan tawa.
Setelah menempuh perjalanan panjang dengan berbagai hambatan serta beberapa kali kendaraan kami mengalami kerusakan, akhirnya semua lelah terbayar lunas ketika deburan suara ombak mulai berbisik memenuhi rongga telinga.

Sekitar jam 12 siang kami sampai di lokasi Pantai Gigi Hiu. Kendaraan kami terparkir lumayan jauh dari pantai yang akan kami tuju. Bahkan pantainya pun tidak terlihat dari tempat kami memarkirkan kendaraan.
Sebelum melanjutkan perjalanan menyusuri bibir pantai yang dipenuhi bebatuan alam, kami menyempatkan diri mampir di satu-satunya warung yang ada di sana. Sajian menu di warung ini juga masih jauh dari apa yang diharapkan. Hanya ada beberapa camilan, air mineral dan mie instan. Namun karena tidak ada pilihan lain lagi, akhirnya kami terpaksa hanya mengisi perut dengan mie instan dan beberapa camilan yang tersedia.
Dengan kondisi seperti ini, saya menyarankan jika Anda merencanakan untuk berkunjung ke sini, sebaiknya menyiapkan bekal yang cukup atau berbelanja di salah satu warung di perkampungan warga sebelum masuk ke area pantai ini. Karena setelah Anda keluar dari perkampungan tersebut, maka Anda tidak akan menemukan warung lagi, karena sepanjang perjalanan sejauh 5 km, Anda hanya akan menemukan area perkebunan warga yang tidak ada perumahan sama sekali.
Namun sebelum merencanakan kunjungan ke pantai ini, perlu juga Anda ketahui bahwa Pantai Gigi Hiu ini bukanlah tempat yang tepat bagi Anda yang merencanakan berlibur dengan kegiatan snorkeling, diving atau bahkan hanya untuk sekedar berenang di pinggir pantai. Pantai ini hanya cocok bagi mereka pecinta fotografi serta penikmat senja dengan desiran ombak ketika menghantam batu karang.
Ombak di sini juga tidak seramah ombak di pantai-pantai lain yang ada di sekitar wilayah ini. Terlebih jika sudah melewati jam 12 siang. Ombak akan semakin tinggi dan menggila. Tentu hal ini mengharuskan kewaspadaan tinggi bagi Anda yang ingin mengambil gambar dengan berdiri di sela-sela batu karang. Karena jika tidak berhati-hati, maka bisa saja ini akan menjadi pengalaman terburuk dalam liburan Anda.
Terlebih batu karang yang menjadi pijakan kaki juga lumayan tajam dan runcing serta licin. Beberapa teman saya pun ada yang mengalami luka akibat tergores batu karang. Ada juga yang bahkan jatuh terpeleset karena menginjak batu yang licin. Kejadian seperti ini memang sudah lumrah ketika berkunjung ke tempat-tempat wisata serupa Pantai Gigi Hiu. Meski sudah sangat berhati-hati, namun tetap saja akan ada kemungkinan-kemungkinan kita bisa mengalami kecelakaan-kecelakaan kecil meski hanya luka goresan.

Dari pengalaman kami ketika berkunjung ke sana, tentu hal ini bukan kabar baik bagi Anda yang ingin bersantai menikmati deburan ombak pinggir pantai. Atau membayangkan bisa berlarian mengejar ombak dan bermain air. Ini sama sekali tidak bisa Anda lakukan di sini. Orang-orang yang berkunjung ke pantai ini kebanyakan hanya untuk mengabadikan keindahan batu karang ketika diterjang ombak melalui lensa kameranya.
Namun Anda tidak usah khawatir. Tidak jauh dari pantai ini, Anda bisa menyalurkan hobi menikmati keindahan bawah laut atau sekedar berenang dan berlarian sepanjang bibir pantai, dengan mengunjungi Pulau Kelapa yang berlokasi di Teluk Kiluan.
Dengan keindahan batu karang yang menjulang, akan menjadi panorama yang sangat mengagumkan ketika dibidik dari sudut pandang yang berbeda. Tapi tentu saja Anda harus memastikan bahwa memori kamera Anda cukup luang untuk menampung hasil bidikan kamera Anda.
Serta jangan lupa jika cuaca memungkinkan, Anda harus menyempatkan diri menunggu matahari terbenam yang keanggunannya bisa Anda intip dari balik celah-celah bebatuan besar serta tinggi menjulang, seraya ditemani nyanyian ombak ketika mencumbu karang.