Jika Candi Bororbudur termasuk salah satu dari tujuh kejaiban dunia, maka anda harus tahu bahwa ada tujuh keindahan pantai berwarna pink di dunia yang salah satunya terletak di tanah Nusantara yaitu Pantai Pink, Lombok.
Nama aslinya ialah Pantai Tangsi. Masyarakat umum lebih mengenalnya dengan sebutan “Pantai Pink” karena tekstur pasir pantainya berwarna pink.
Pasir pantai berwarna pink terbilang cukup unik dan langka sehingga wajar jika pantai ini banyak dikunjungi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Pantai Pink terletak di Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Dari Kota Mataram, jaraknya bisa ditempuh sekitar dua jam perjalanan. Lama perjalanan dikarenakan pantai ini lokasinya sangat tersembunyi dan jauh dari keramaian kota. Cocok untuk melepas penat apalagi ditemani pasangan yang anda sayang.
Kesan Feminis dan Romantis Pantai Pink
Dalam menikmati keindahan Pantai Pink ini saya tak sendirian, sahabat “dekat” saya pun turut menikmati panorama indah pantai ini.
Alasan kenapa Pantai Pink kami jadikan tujuan liburan di bulan Februari ini karena menyesuaikan dengan momen valentine yang memiliki kesan romantis dan sering dipenuhi dengan ornamen-ornamen berwarna pink. Tak hanya itu, alasan lainnya karena kami berdua masih penasaran dengan keindahan alam bumi Lombok yang menurut para traveler disebut sebagai tetesan surga.
Tetesan surga itu selain menetes di Pulau Bali nampaknya melebar juga ke Pulau Lombok yang notabene jaraknya tak berjauhan. Tetesan surga itu salah satunya ada di Pantai Tangsi atau nama lainnya Pantai Pink.
Pasir pantai lazimnya berwarna putih, putih kecoklatan, dan hitam. Namun beda halnya dengan Pantai Tangsi yang terletak di Lombok Timur ini yang memiliki pasir pantai berwarna pink sehingga wajar jika pantai ini dijuluki dengan nama Pantai Pink.
Panorama alam Pantai Pink nampak indah jika dilihat secara utuh misalnya jika dilihat dari atas bukit atau dari tangkapan kamera drone. Pemandangan utuh itu memberikan kesan bahwa panorama alam Pantai Pink terlihat sangat feminis dan romantis.
Apalagi latar belakang pantai diperindah oleh keelokan Gunung Rinjani. Yups, saat berada di tepi Pantai Pink, kita bisa merasakan anggunnya gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia ini.
Kesan feminim panorama alam Pantai Tangsi bisa kami rasakan saat gelombang ombak menyentuh bibir pantai. Saat pantai basah oleh gulungan ombak, warna pink terlihat sangat jelas, indah dan cantik.
Adapun warna pink itu dihasilkan dari pasir pantai yang bercampur-baur dengan karang merah muda yang tersebar di sepanjang tepi pantai.
Tekstur airnya jernih dan bersih berwarna biru kehijau-hijauan, gelombang ombak relatif stabil, dan di dasar laut dangkal dihuni oleh terumbu karang merah muda. Pecahan terumbu karang ini tak lain ialah sumber warna pink pantai tadi.
Sayang rasanya jika pesona pantai yang dipenuhi dengan kolaborasi keindahan alam ini dibiarkan begitu saja. Saat pertama kali kaki ini menyentuh pantai pun kami langsung memutuskan untuk berjalan santai menyusuri tiap jengkal pantai.
Pesona Pantai Pink memang masih asri dan alami dengan udara yang sangat sejuk dan segar. Hal ini mungkin karena kondisi pantai berdekatan dengan perbukitan yang dipenuhi tumbuhan hijau.
Yups, ternyata rahasia lain keindahan pantai pink ini ditopang oleh adanya gugusan bukit hijau yang menghiasi pantai. Konon, di area pantai ini juga terdapat Pulau Pasir yang suatu saat bisa timbul dan tenggelam. Timbul tenggelamnya Pulau Pasir ini tergantung kondisi air laut.
Jika air laut sedang surut, Pulau Pasir akan menampakkan keindahannya. Sebaliknya, jika air sedang naik Pulau Pasir akan menghilang untuk sesaat. Sayang, waktu itu kami tak mendapati fenomena unik itu karena berbarengan dengan kondisi air laut yang sedang pasang.
Selain Pulau Pasir yang timbul-tenggelam, di Pantai Pink juga terdapat pulau kecil lain yang berpenghuni, yaitu Gili Marengkek, Gili Kambing dan satu gili kecil lainnya. Di saat air surut, ketiga pulau ini menyatu yang dihubungkan oleh dataran berpasir. Sedangkan saat air sedang naik, ketiga pulau kembali terpisah.
Saat itu jam masih menunjukkan pukul dua lebih tiga puluh lima, ayunan langkah kami masih menapaki garis pantai yang lumayan cukup panjang. Ritme perjalanan sengaja kami lakukan secara perlahan, niatnya agar saat nanti kembali ke titik awal perjalanan kami disuguhkan keindahan cahaya merah senja.
“Menikmati panorama pantai berwarna pink, air laut berwarna biru kehijau-hijauan, gugusan bukit berwarna hijau dan langit berwarna jingga saat senja mungkin sangat menarik dan mungkin juga menambah kesan romantis bagi kami berdua” Pikirku.
Waktu itu tak lupa ku pegang erat tangannya sepanjang perjalanan dan sedikit berbisik “tetap bersamaku saat duka dan bahagia” termasuk saat menikmati panorama indah Pantai Pink ini. Senyumnya pun terurai dengan sedikit muka yang memerah berbaur dengan warna pantai.
Terlihat agak sedikit lebay sih, namun begitulah kenyataannya, bahwa laki-laki akan pandai berpuisi atau sejenisnya saat bersama pasangan terkasihnya.
Deburan ombak dan hembusan angin dari arah samudera juga tak henti-henti menemani kami, membuat kami merasa nyaman, betah dan tenang.
Setelah menyusuri garis pantai, nampaknya senja itu belum muncul jua, masih ada waktu sekitar tiga jam untuk menikmati rekreasi lain.
Waktu itu pengunjung Pantai Pink relatif sedikit, masih bisa dihitung jari. Wisatawan didominasi oleh kaula muda dan ada beberapa yang sudah berkeluarga. Beberapa dari mereka ada yang berjemur, berenang, bersantai di atas pantai, berteduh di gazebo bahkan ada yang menikmati pesona pantai di atas bukit.
Akhirnya kami pun memutuskan untuk berenang dan snorkeling. Peralatan snorkeling sengaja kami persiapkan terlebih dahulu, soalnya menurut informasi yang beredar, waktu itu di lokasi belum ada yang menyediakan jasa peminjaman alat snorkeling maupun alat selam.
Syahdan, saat berenang sambil snorkeling itu kami terkejut oleh suguhan aneka biota laut yang cantik dan lucu yang terlihat sangat jelas. Adapun biota laut didominasi oleh terumbu karang yang berwarna merah muda.
Keindahan biota laut itu tak hanya kita rasakan di dasar laut, bahkan saat menyusuri pantai tadi kami pun melihat beberapa bintang laut yang bertebaran di sepanjang pantai. Wajar jika pantai ini selain terkenal karena warna pantainya, juga terkenal karena keindahan biota lautnya yang kaya dan unik.
Tak lupa, kami pun mengabadikan momen indah ini menggunakan kamera underwater, sesekali kami berfoto gaya selfi dengan latar terumbu karang yang indah dan ciamik.
Selepas berbasah-basah ria, kami menyempatkan berjemur dan bersantai di atas pantai memandang lautan lepas. Di sela-sela santai, kami membuka perbekalan yang sedari tadi belum kami makan.
Oh iya, sekedar informasi bahwa waktu itu di Pantai Pink belum tersedia jajanan atau kuliner, hanya ada beberapa gazebo untuk istirahat. Oleh karena itu bagi anda yang ingin berkunjung ke sini agar menyiapkan makanan dan minuman dari rumah. Satu lagi, di sini juga belum ada jasa penginapan. Penginapan yang terdekat terletak di pusat kota.
Baru beberapa suap, pandangan ini tak sengaja melihat beberapa perahu yang berlalu-lalang membawa beberapa wisatawan.
Usut punya usut, ternyata di Pantai Pink pengunjung bisa menyewa jasa perahu untuk mengelilingi keindahan pantai dari sisi lain. Hanya dengan merogoh kocek tiga ratus ribuan pengunjung sudah bisa berkeliling dan menikmati keindahan sisi lain pantai.
Awalnya kami tertarik untuk mencoba berkeliling pantai menggunakan perahu, namun niatan itu kami urungkan karena beberapa saat lagi sunset akan segera tiba.
Keinginan tersebut lambat laun sirna seiring dengan kemunculan sunset dan sang senja. Detik demi detik cahaya senja itu perlahan menghiasi langit Nusa Tenggara. Pada saat ini nampaknya kami sedang menyaksikan alam yang sedang beradu warna.
Bagaimana tidak? Kami menyaksikan pasir pantai dengan kekuatan merah muda, air laut dengan kekuatan biru tua, gugusan bukit dengan kekuatan hijaunya dan warna langit dengan kekuatan merah jingga, beradu padu menghasilkan panorama alam yang indah dan romasntis. Kamera yang sedari tadi sudah disiapkan, langsung kami arahkan pada satu titik di mana pemandangan langka itu terurai.
Kami pun hanyut dalam peraduan itu, mencoba menggenapi romansa senja dengan rasa takjub dan bahagia bersama orang tercinta. Pengunjung lain pun bersorak ria melihat fenomena unik dan langka ini.
Tanjung Ringgit
Selepas menikmati pesona senja, kami pun bergegas kembali ke penginapan untuk istirahat. Kebetulan kami menginap di rumah saudara yang tak jauh dari Pantai Pink, jadi tak usah repot-repot memikirkan biaya untuk penginapan. Rencananya, keesokan hari kami akan menjajal pesona Tanjung Ringgit yang lokasinya masih dekat dengan Pantai Pink.
Berlibur ke Pantai Pink memang tujuan utama. Namun demikian, berlibur ke satu tempat wisata rasanya kurang greget jika belum merasakan destinasi wisata lain yang lokasinya cukup dekat dengan lokasi wisata utama, apalagi saat berlibur di Pulau Lombok
Salah satu tempat wisata yang dekat dengan Pantai Pink ialah Tanjung Ringgit. Jaraknya hanya 1,5 km dari Pantai Pink. Lokasinya masih terletak di Kecamatan Jerowaru, Kabuaten Lombok Timur, hanya saja beda desa. Tanjung Ringgit terletak di Desa Pamongkong sedangkan Pantai Pink terletak di Desa Sekaroh.
Daya tarik Tanjung Ringgit terletak pada tebing curam yang artistik menghadap laut biru dengan hembusan angin yang lumayan cukup kencang.
Aktivitas yang bisa dilakukan di sini ialah bersantai, camping, berswafoto dan berenang. Jika ingin berenang, pengunjung terlebih dahulu menuruni tebing yang jalannya cukup terjal.
Selain itu, di sini juga terdapat beberapa situs sejarah peninggalan masa penjajahan Belanda dan Jepang.
Sekitar pukul Sembilan pagi, kami tiba di Tanjung Ringgit. Kami disambut oleh hembusan angin laut Samudera Hindia, udaranya sangat segar dan sejuk serta pemandangan tebing dan lautannya begitu indah.
Aktivitas pertama yang kami lakukan apalagi kalau bukan selfi dengan latar tebing dan laut lepas? Yoi, kami berdua langsung membidik beberapa spot indah sebagai latar foto selfi.
Tak sampai di situ, kami menjajal spot-spot lain yang diyakini memiliki pemandangan indah, salah satunya ada di tepian bukit karang yang menjuntai ke pantai. Untuk sampai ke sini kami harus menuruni bukit dengan jalan berlorong penuh anak tangga.
Jalanannya cukup unik namun sedikit agak terjal dan curam ditambah dengan hembusan angin yang cukup kencang, sehingga saat hendak ke sini pengunjung harus lebih hati-hati. Di sini pun kami sempat berfoto dengan latar lorong jalan dengan sedikit balutan air laut.
Saat tiba di tepian, tidak hanya pemandangan laut lepas saja yang kami dapat, melainkan kami juga disuguhkan oleh adanya sumur air tawar. Sumur air tawar ini tepat berada di bawah tebing, hal tersebut merupakan sesuatu yang unik dan langka.
Selain keunikan dari sumur air tawar, di Tanjung Ringgit juga ada satu pohon yang diberi nama Pohon Surga.
Dinamai Pohon Surga karena di tempat ini tak ada pohon lain selain pohon tersebut, atau mungkin juga karena sering dijadikan tempat berteduh baik dari serangan sinar matahari maupun dari rintik hujan sehingga membuat pengunjung merasa aman dan nyaman bak di surga. Di bawah rindangnya Pohon Surga ini kami juga bisa menikmati pemandangan indah Tanjung Ringgit secara utuh.
Jika bosan melihat panorama alam, pengunjung bisa menggali pengetahuan sejarah di sekitar kawasan Tanjung Ringgit. Situs sejarah itu antara lain Mercusuar peninggalan penjajahan Belanda dan Meriam peninggalan penjajahan Jepang.
Tanjung Bloam
Wisata lain yang cukup dekat dengan Pantai Pink ialah Tanjung Bloam. Jaraknya hanya 3,3 km dari Pantai Pink. Lokasinya masih satu kawasan dengan Pantai Pink yakni berada di Desa Sekaroh, Jerowaru, Lombok Timur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara.
Pesona Tanjung Bloam tak ubahnya dengan pesona Tanjung Ringgit yang menawarkan pemandangan tanjung yang dihiasi dengan pantai dan perbukitan hijau. Keduanya sama-sama menawarkan sisi lain panorama indah alam Lombok.
Tanjung Bloam merupakan destinasi yang cukup populer yang tak jauh dari Pantai Pink. Daya tariknya terletak pada kehadiran dua batu cadas yang menjulang tinggi yang di antara keduanya terdapat karang sebagai penghubungnya.
Batu cadas yang menjulang tinggi itu posisinya menjorok ke laut sedangkan tebing lainnya menyatu dengan pantai. Di antara keduanya terdapat jembatan alami yang menghubungkan tebing satu dengan tebing lainnya. Jembatan alami itu berupa karang di mana di bawahnya terdapat air laut.
Jika kondisi memungkinkan, wisatawan bisa mengunjunginya baik untuk sekedar berswafoto atau relaksasi diri. Memang benar sih, kebanyakan pengunjung yang menyambangi tebing itu bertujuan untuk berswafoto karena memiliki spot yang indah.
Tanjung Bloam juga memiliki pesona pantai yang cukup indah dan panjang. Pasirnya berwarna putih dan teksturnya lembut, memiliki air laut yang bersih dan jernih berwarna biru kehijau-hijauan. Pesona tersebut menjadikan Tanjung Bloam banyak diminati wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Selain karena keindahan alamnya, daya tarik Tanjung Bloam juga terletak pada area wisatanya yang dijadikan tempat konservasi dan habitat Penyu.
Kondisi alamnya masih asri dan alami, memiliki udara yang segar dan sejuk serta pemandangan alam yang sangat eksotik.
Dalam kondisi yang demikian itu, kami duduk beralaskan tikar mengahadap laut lepas. Pandangan kami sedikit terhalang oleh gagahnya cadas yang menjulang tinggi tadi, namun itu bukan suatu masalah yang berarti. Justru hal itu menjadi suatu komposisi panorama alam yang natural yang kami rasakan.
Saking indahnya, kami pun malah keasyikan untuk berswafoto. Jujur saja, bahwa panorama alam Tanjung Bloam sangat indah dibandingkan dengan tanjung-tanjung lain yang pernah kami sambangi. Bagi anda yang hobi berfoto khususnya untuk foto profesional, sebaiknya anda cepat-cepat mengunjungi Tanjung Bloam ini.
Setelah tersadar dari genggaman lensa kamera itu, lantas ku ambil beberapa tupperware di dalam tas yang isinya nasi dan lauk-pauk, makanan ringan, serta dua botol air mineral. Tanpa basa-basi, kami pun langsung makan. Maklum, sedari tadi kami malah sibuk berfoto dan selama perjalanan sebelumnya kami sempat melewati beberapa jalan yang cukup terjal dan berkerikil sehingga tenaga kami sangat terkuras.
Saat makan, kami ditemani hembusan angin samudera dan deburan ombak yang beradu-padu dengan gagahnya batu cadas, sehingga membuat suasana tanjung sedikit romantis.
Sebagai informasi, jika anda hendak mengunjungi Tanjung Bloam ini agar menyiapkan perbekalan dari rumah, soalnya di sini belum ada warung atau tempat jajanan lainnya.
Meski begitu, substansi dari pesona Tanjung Bloam tak akan bekurang. Justru membawa bekal dari rumah dan menikmatinya bersamaan dengan menikmati pesona alam tanjung, memberi kesan luar biasa, dan kami berdua telah membuktikannya.
Pesona Pantai Pink, Tanjung Ringgit dan Tanjung Bloam adalah satu paket destinasi wisata yang harus dikunjungi saat berada di Lombok. Keindahannya satu sama lain saling berkaitan dan jaraknya saling berdekatan.