Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit badai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api merah padam, membenam di ufuk teduh…”
Begitu penggalan puisi karya Taufik Ismail yang berjudul “Beri Daku Sumba” pada tahun 1970. Melalui puisinya tersebut Nampak jelas bahwa Sang Penyair terpana dengan keelokkan alam Sumba yang sangat luar biasa. Pulau dengan luas 11.000 kilometer persegi ini bak surga yang ada di timur Nusantara.
Pulau Sumba merupakan sebuah pulau yang terdapat di Nusa Tenggara Timur. Pulau yang memiliki 4 kabupaten ini langsung menghadap ke Samudera Hindia. Tidak heran kalau Sumba memiliki kekayaan bahari yang luar biasa.
Sumba memiliki kelengkapan daya Tarik yang memikat, mulai dari padang savana, pantai yang memesona, hingga kejernihan air danaunya. Tidak heran kalau pulau ini kerap menjadi lokasi shooting beberapa film, seperti Susah Sinyal, Marlina Si Pembunuh dalam Empat babak, dan Pendekar Tongkat Emas.
Berikut ini adalah beberapa destinasi yang wajib Anda sambangi di Sumba.
Pantai Mbawana
Pantai yang berada di Sumba Barat Daya ini selain memiliki panorama yang indah, juga memiliki keunikan yang lain. Yang menjadi keunikan dari pantai ini karena adanya batu karang dengan lubang ditengahnya.
Selain unik, batu berlubang itu menjadi favorit wisatawan untuk berfoto. Wisatawan yang datang akan disuguhkan karang bolong serta jernihnya air laut, pasir putih serta semilir angin yang segar.
Ombak yang cukup besar juga akan menemani turis yang datang. Tentu saja ini cocok untuk mereka yang gemar berselancar.
Pantai yang berada di Kecamatan Kodi Balagahar, Sumba Barat ini juga cocok untuk menikmati sunset. Langit jingga dengan suara ombak dan burung akan menemani matahari yang akan tenggelam.
Jika ingin menikmati keindahan Pantai Mbawana, Anda bisa naik ke atas bukit untuk melihat view pantai ini dari atas. Pemandangan dari atas bukit sangat indah dan mengagumkan.
Untuk menikmati keindahan pantai yang dibuka pada 2015 silam ini, kamu harus melakukan perjalanan darat dari Bandar Udara Tambolaka sekitar 1,5 jam, dengan menempuh jarak 59 kilometer. Perjuangan belum usai, ketika memasuki pantai ini pengunjung juga harus melewati medan bertanah yang berkelok-kelok dan menuruni 300 anak tangga.
Bukit Wairinding
Lanskap Bukit Wairinding yang begitu elok dan sangat mempesona, membuat mata wisatwan enggan berkedip dibuatnya. Hamparan padang savana yang terhampar luas itu akan berwarna kuning saat musim kemarau dan sebaliknya berwarna hijau pada musim penghujan. Mengunjungi Bukit Wairinding di kedua musim tersebut pastinya akan memberikan kesan yang berbeda. Jika pengunjung datang di musim kemarau, yakni antara Bulan Juli hingga Bulan Oktober maka suasana alam di sana akan terasa seperti berada di Afrika, lengkap dengan padang savananya yang eksotik.
Lain halnya di musim penghujan, suasana layaknya di perbukitan New Zealand akan Anda rasakan setibanya di bukit ini. Bukit Wairinding merupakan tempat yang tepat bagi para pengunjung yang ingin menikmati kesunyian, keheningan dan keindahan yang masih sangat alami.
Selain lanskap perbukitannya yang eksotis, keindahan bukit ini pun terasa lengkap dengan adanya sekumpulan anak-anak lokal di Wairinding yang hampir setiap harinya terlihat bermain di sekitar area perbukitan. Mereka pun akan senantiasa menemani setiap pengunjung yang datang ke bukit ini dengan antusiasnya. Tentunya hal tersebut mereka lakukan dengan tulus tanpa mengharapkan sedikitpun imbalan dari para pengunjung. Senyuman di wajah mereka yang sangat khas akan meninggalkan kesan mendalam di benak para pengunjung, dan pastinya akan sulit terlupakan.
Terletak sekitar 25 km dari pusat Kota Waingapu, bagi para pengunjung yang hendak mengunjungi bukit indah ini dapat menggunakan jasa travel, bis umum atau apabila ingin lebih fleksibel dapat menyewa kendaraan bermotor di Waingapu. Untuk tarif sewa mobil berkisar antara 500.000-600.000 sudah sepaket dengan drivernya, sedangkan untuk penyewaan motor harga sewanya sekitar 100.000 rupiah per harinya.
Kondisi jalan menuju lokasi Wairinding sangatlah bagus, sudah beraspal halus meskipun jalannya berkelok-kelok. Anda akan melewati jalan trans Sumba Waingapu-Waikabubak yang dikenal dengan “Letter S” karena topografinya yang berkelok-kelok. Kurang lebih sekitar 30-45 menit lamanya berkendara, Anda akan sampai ke lokasi. Yang menjadi patokan lokasinya adalah sebuah warung kecil yang berada di kanan jalan. Sesampainya di sana, pengunjung dapat memarkirkan kendaraannya di lahan parkir yang tersedia di sekitar warung yang sekaligus menjadi tempat tinggal masyarakat setempat. Dari situ, pengunjung masih harus berjalan kaki mendaki bukit yang berada di belakang warung kurang lebih 500 m.
Pantai Walakiri
Pantai Walakiri adalah salah satu pantai indah di Sumba Timur dengan ciri khas pantai di Sumba yang cenderung tenang, landai dengan hamparan pasir putihnya. Berada tak jauh dari pusat Kota Waingapu yaitu sekitar 24 km dan dapat ditempuh sekitar 30 menit perjalanan, akses menuju Walakiri sangatlah mudah yaitu berada tak jauh dari jalan raya menuju arah Melolo, sebuah kecamatan yang cukup besar di Sumba Timur. Pengunjung dapat menyewa motor/ mobil dari Waingapu untuk menuju ke Walakiri dikarenakan susahnya transportasi umum dalam kota di Sumba.
Meskipun berada di dekat pemukiman warga dan cukup ramai dikunjung oleh para pelancong baik dari dalam kota maupun luar kota, tak ada tarif yang dikenakan oleh warga setempat untuk mengunjungi pantai indah ini. Terlebih lagi setelah Mira Lesmana yang memproduseri film Pendekar Tongkat Emas mempopulerkan pantai ini lewat akun instagramnya, Walakiri pun semakin ramai dikunjungi oleh pengunjung yang penasaran ingin membuktikan sendiri kecantikan Pantai Walakiri. Walakiri memiliki mangrove yang unik dengan hamparan pasir putih dihiasi jajaran pohon kelapa yang memberi keteduhan dan suasana nyaman saat pengunjung berjalan menyusuri pantai. Keunikan lain dari Pantai Walakiri ini adalah terdapatnya 2 jenis tekstur pasir yang berbeda antara pasir di tepi pantai dan pasir di area bekas laut yang surut. Pasir di tepi pantai memiliki tekstur seperti pasir pantai pada umumnya, yaitu butiran-butiran berwarna putih gading, sedangkan pasir di area bekas laut yang surut memiliki tekstur seperti bedak atau semen basah yang kemudian kering dan mengeras. Dan uniknya lagi ada garis batas yang jelas antara kedua jenis pasir tersebut.
Walakiri ini terbilang pantai yang sangat unik dan merupakan spot yang tepat untuk menunggu matahari terbenam. Penasaran uniknya? Pohon-pohon mangrove kerdil yang terdapat di ujung bibir pantai ini jawabannya. Apabila air sedang pasang sekilas tak ada yang membuat unggul Pantai Walakiri, namun tunggu sampai air sedikit surut. Siluet pepohonan mangrove yang meliuk-liuk bak penari membuat Walakiri menjadi sebuah fenomena yang unik dan memanjakan mata. Ketika matahari terbenam, perpaduan antara warna langit senja dan siluet pohon mangrove terlihat sungguh artistik dan fotogenik untuk di foto dari segala arah. Jangan lupa siapkan kamera Anda untuk mengabadikan momen tersebut. Jadi, penasaran ingin menyaksikan sendiri sunset artistik ala Pantai Walakiri?
Danau Weekuri
Terletak di Desa Kalenarogo, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Danau Weekuri mulai ramai dikunjungi oleh para wisatawan belakangan ini. Danau Weekuri yang berwarna hijau kebiru-biruan ini merupakan danau yang sangatlah unik jika dibandingkan dengan danau-danau pada umumnya di Indonesia karena kandungan airnya yang asin dan payau. Sebenarnya danau ini adalah sebuah laguna yang terbentuk dari air lautan lepas yang berada di kisaran danau.
Air tersebut masuk dari celah-celah bebatuan yang berada di gugusan karang sekitaran danau. Selain sifat air payau yang dibawa dari laut, uniknya lagi di danau ini terdapat beberapa titik sumber mata air yang membuat gradasi warna air di danau ini bervariatif, yaitu ada yang berwarna biru cerah, biru sedikit kehijau-hijauan bahkan ada yang rasanya hangat dan ada yang dingin. Keunikannya sangat jarang ditemukan pada danau-danau lainnya di Indonesia!
Danau Weekuri memiliki air yang sangatlah jernih dengan kedalaman air yang tak cukup dalam, sehingga sangat cocok digunakan oleh pengunjung untuk sekedar bermain air dan berenang. Tersembunyi di balik pepohonan rimbun dan semak belukar serta jauh dari keramaian kota, suasana di sekitar danau terasa masih sangat asri.
Dari Waikabubak (ibukota Kabupaten Sumba Barat) atau Tambolaka (ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya), Anda dapat terlebih dahulu menyewa kendaraan bermotor baik motor/ mobil di Tambolaka atau Waikabubak. Untuk biaya sewa mobil berkisar mulai dari 500.000-600.000 rupiah sudah berserta dengan drivernya dan untuk biaya sewa motor yaitu sekitar 100.000-150.000 rupiah per harinya.
Berjarak sekitar 60 km dari Tambolaka yang merupakan ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya, akses untuk menuju lokasi ini masih terbilang cukup sulit karena belum terdapatnya transportasi umum dan lokasinya yang berada jauh dari perkotaan. Tak ada satupun petunjuk jalan menuju ke lokasi sehingga pengunjung harus sering-sering bertanya dengan penduduk setempat keberadaan lokasi danau ini. Kondisi jalan menuju ke lokasi danau bervariatif, beberapa titik sudah beraspal halus namun ada sebagian titik yang masih berbatu dan masih dalam proses pengerasan tanah. Di tengah perjalanan menuju Weekuri, di kiri jalan Anda akan melihat sebuah resort milik warga negara Perancis yang mengeola Pantai Mandorak, salah satu pantai di wilayah Kodi. Tak jauh dari situ, Anda akan memasuki kawasan Danau Weekuri yang ditandai dengan adanya pos penjaga. Ada beberapa penduduk lokal setempat yang menjaga pos tersebut dan pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk seikhlasnya saja untuk menikmati danau indah ini. Selanjutnya dari pos jaga tersebut, pengunjung masih harus berjalan sekitar 20 meter untuk menuju lokasi danau.
Selain dapat menikmati keindahan Danau Weekuri dengan bermain air ataupun berenang, pengunjung juga dapat menikmati dan menjelajahi keindahannya dari ketinggian. Hanya perlu berjalan kaki menyusuri jalan setapak ke arah barat mengikuti bunyi deru ombak, pengunjung dapat menaiki bukit karang yang menjorok ke lautan lepas. Ketika meniti bebatuan karang ini, pengunjung harus ekstra berhati-hati karena bebatuan karang ini sangat lancip dan tajam. Dari atas puncak bukit karang ini, pengunjung akan merasakan sensasi berbeda. Jauh lebih indah jika menikmati panorama keindahan Danau Weekuri dari atas bukit karang ini. Lautan biru dengan ombaknya yang menghantam gugusan karang yang mengelilingi danau ini akan membuat pengunjung berdecak kagum. Danau Weekuri pun terlihat seperti kolam biru apabila dilihat dari ketinggian.
Waktu yang tepat untuk mengunjungi Danau Weekuri adalah jam 4 sore hari. Pada sore hari matahari mulai condong ke barat sehingga langitnya yang biru akan memantulkan cahaya ke danau, selain itu juga pengunjung dapat menyaksikan matahari terbenam dari atas puncak bukit karang ini.
Tak ada fasilitas penunjang apapapun di kawasan danau seperti warung makan, toilet atau bahkan penginapan. Sebaiknya pengunjung berbekal makanan dan minuman ringan sebelumnya, sehingga dapat disantap sambil menikmati keindahan Danau Weekuri.
Kain Tenun Sumba Memiliki Harga Jual Yang Tinggi
Kain tenun Sumba sendiri merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai seni dan budaya begitu tinggi. Proses pembuatannya yang panjang dan melibatkan banyak elemen menjadikan harga kain tenun Sumba ini sering disebut-sebut mahal. Selembar kain tenun Sumba bisa dijual dengan harga jutaan bahkan puluhan juta, tergantung kesulitan corak dan pilihan warna yang digunakan untuk membuat tenun tersebut.
Namun, benarkah kain tenun Sumba itu mahal? Atau sebetulnya ungkapan mahal itu hanya berlaku bagi mereka yang tak mengerti dan memahami arti nilai dari sebuah kain dan perjuangan dalam proses pembuatannya? Mari kita ungkap bersama.
Salah satu alasan mengapa kain tenun Sumba dijual dengan harga yang cukup tinggi adalah karena dalam pembuatannya, para pengrajin menggunakan bahan-bahan alami terbaik yang diambil langsung dari alam. Seperti misalnya dalam proses pewarnaan, pengrajin pun menggunakan bahan alami. Biasanya warna merah didapatkan dari akar mengkudu, biru dari nila (warna bitru dari daun tarum), cokelat dari lumpur atau kuning dari kayu.
Namun biasanya masing-masing pengrajin memiliki resep rahasia yang saling berbeda, dan mereka pun saling merahasiakannya. Inilah yang membuat kain tenun Sumba begitu kaya, meski dibuat dalam satu lingkungan yang sama.
Pemilihan bahan alami bukan tanpa alasan. Jika bagi masyarakat umumkain tenun Sumba hanya dilihat sebagai sebuah kain yang cantik untuk dikenakan, maka berbeda dengan warga Sumba itu sendiri. Mereka menjadikan kain tenun sebagai kain penutup, pembungkus bahkan pengawet mayat atau jenazah.
Bagi warga Sumba, khususnya Sumba Timur jenazah biasanya akan disimpan sampai beberapa bulan dan tak boleh diintip sesuai kepercayaan Marapu. Keberadaan kain tenun Sumba yang terbuat dari bahan organik ini konon mampu menjadi pengawet alami bagi jenazah tersebut, sehingga tidak akan mudah membusuk.