Travelclub.co.id – Cap Go Meh Singkawang selalu ramai dikunjungi wisatawan setiap tahunnya. Dari banyak daerah di Indonesia yang merayakan perayaan serupa, bisa jadi Kota Singkawang merupakan tempat yang paling ramai dan seru karena mayoritas penduduk Singkawang adalah keturunan Tionghoa. Tidak hanya etnis Tionghoa, etnis lain yang berada di sekitar Kota Singkawang pun ikut berpartisipasi pada perayaan ini. Setiap 15 hari setelah Tahun Baru Imlek, kaum Tionghoa di seluruh dunia merayakan Cap Go Meh yang dimaksudkan sebagai penutup dari rangkaian perayaan Tahun Baru. Di Singkawang, Kalimantan Barat, budaya tersebut tetap ada dan telah berakulturasi dengan kearifan lokal.
Kota Singkawang pada saat Cap Go Meh dipercaya menjadi pusat berkumpulnya para dewa. Setiap 15 hari setelah tahun baru Imlek, warga Tionghoa di seluruh dunia merayakan Cap Go Meh yang ditujukan sebagai penutup dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek. Potret perayaan Cap Go Meh di Singkawang diramaikan dengan pertunjukan barongsai, ular naga, choi lam shin atau keranjang jelangkung dan yang paling istimewa adalah atraksi tatung.
Dalam kepercayaan Tionghoa, ritual pawai tatung diyakini mampu mengusir roh-roh jahat dari seluruh penjuru kota. Para tatung dirasuki oleh roh leluhur sehingga di bawah alam sadar mereka mempertunjukkan ilmu kesaktiannya seperti menusuk pipi, kebal dengan senjata tajam, hingga aksi mengupas kelapa dengan gigi. Atraksi ini dapat disaksikan di Pasar Tengah, Kota Singkawang. Jangan terkejut apabila Anda melihat tatung yang muncul dengan baju penuh darah. Meskipun demikian, konon luka-luka tersebut dapat sembuh dengan cepat.
Singkawang merupakan kota kedua terbesar di Provinsi Kalimantan Barat setelah Pontianak. Tidak seperti kota-kota lain di Indonesia, Singkawang memiliki suasana oriental yang berbeda dengan kehadiran ratusan kuil yang ditemukan di hampir setiap sudut kota. Hal ini karena lebih dari 70% penduduk Singkawang adalah keturunan Tionghoa, terutama dari suku Hakka dan beberapa suku Teochew. Lainnya adalah Melayu, Dayak dan etnis lainnya di Indonesia.
Pada abad ke-18, Kalimantan Barat memikat banyak orang dari daratan Tiongkok untuk datang ke tambang emas di Monterado (sekarang disebut Kecamatan Bengkayang). Kala itu ribuan orang China datang dan dalam perjalanan mereka memutuskan untuk bermalam di Singkawang hingga akhirnya sebagian besar menutuskan untuk menetap di Singkawang dan keturunannya saat ini membentuk mayoritas penduduk Singkawang.
Hari raya Cap Go Meh sendiri atau dinamai Yuan Xiaojie jatuh setiap tanggal 15 bulan pertama tahun Imlek. Awalnya perayaan Cap Go Meh sekitar tahun 180 SM, dimana Kaisar Hanwudi yang berkuasa pada masa Dinasti Han Barat naik takhta pada tanggal 15 bulan pertama Imlek. Untuk merayakan penobatannya, ia menjadikan tanggal 15 bulan pertama sebagai hari raya lampion. Pada tahun 104 SM, Festival Cap Go Meh resmi dicantumkan sebagai hari raya nasional negeri Tiongkok.
Hingga kini Cap Go Meh adalah salah satu dari hari raya tradisional Tiongkok dan dirayakan di berbagai negara dengan komunitas etnis Tionghoa berada. Menurut tradisi rakyat Tiongkok bahwa setelah Cap Go Meh maka berakhirlah seluruh perayaan Tahun Baru Imlek. (Dari berbagai sumber)